Senin, 28 November 2016

Embedded System untuk Internet Of Things

Internet of Things (IoT) adalah sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus, berikut kemampuan remote control, berbagi data, dan sebagainya, termasuk pada benda-benda di dunia fisik. Bahan pangan, elektronik, peralatan apa saja, koleksi, termasuk benda hidup, yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor tertanam dan selalu “on”.


Pada hakekatnya, benda Internet atau Internet of Things mengacu pada benda yang dapat di identifikasikan secara unik sebagai representasi virtual dalam struktur berbasis Internet. Istilah Internet of Things awalnya disarankan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999 dan mulai popular melalui Auto-ID Center di MIT berikut publikasi analisa pasar yang terkait.

Salah satu wujud dari Intenet of Things yang ajap kali disebutkan, adalah sistem RFID (radio-frequency identification) yang menjadi komponen dipersyaratkan. Andaikan semua benda, mahluk maupun insan dalam kehidupan sehari-hari dapat diidentifikasi secara elektronik, maka mereka bisa dikelola dan diinventarisasi oleh komputer.

Kecuali RFID (radio-frequency identification), sebagai tagging dapat juga digunakan teknologi seperti near field communication, barcode, kode QR dan watermarking digital. Dengan demikian misalnya, bisnis mungkin tidak lagi kehabisan stok atau menghasilkan produk-produk limbah, dimana pihak yang terlibat akan tahu lebih dini produk mana saja yang dibutuhkan dan dikonsumsi. Disisi lain, kemungkinan atas penyalahgunaan terhadap informasi yang terhimpun juga tidak boleh diremehkan.

Berdasarkan penelitian ABI Research, pada tahun 2020 diperkirakan akan terdapat lebih dari 30 miliar perangkat yang terhubung secara nirkabel melaui Internet of Things (atau Internet of Everything).

Definisi alternatif:

Casagras (Coordination and support action for global RFID-related activities and standardisation) mendefinisakan Internet of Things, sebagai sebuah infrastruktur jaringan global, yang menghubungkan benda-benda fisik dan virtual melalui eksploitasi data capture dan kemampuan komunikasi. Infrastruktur terdiri dari jaringan yang telah ada dan internet berikut pengembangan jaringannya. Semua ini akan menawarkan identifikasi obyek, sensor dan kemampuan koneksi sebagai dasar untuk pengembangan layanan dan aplikasi ko-operatif yang independen. Ia juga ditandai dengan tingkat otonom data capture yang tinggi, event transfer, konektivitas jaringan dan interoperabilitas.
SAP (Systeme, Anwendungen und Produkte) mendefinisikannya sbb: Dunia di mana benda-benda fisik diintegrasikan ke dalam jaringan informasi secara berkesinambungan, dan di mana benda-benda fisik tersebut berperan aktif dalam proses bisnis. Layanan yang tersedia berinteraksi dengan ‘obyek pintar’ melalui Internet, mencari dan mengubah status mereka sesuai dengan setiap informasi yang dikaitkan, disamping memperhatikan masalah privasi dan keamanan.

Bagi sebagian maker, Raspberry Pi merupakan sebuah board utama yang digunakan pada pengembangan teknologi di bidang Internet of Things (IoT). Namun, sebenarnya terdapat boardlain yang dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi.
Internet of Things pada dasarnya merupakan sebuah teknologi yang telah berkembang lama, di mana dalam konsep teknologi ini segala sesuatu di dunia dapat terhubung satu dengan yang lainnya. Dan board menjadi hal utama karena berfungsi untuk media penghubung hal-hal tersebut. Akan tetapi tak hanya sekedar board, fitur-fitur seperti Wi-Fi, socket LAN, Bluetooth, atau media koneksi board dengan internet juga sangat penting.
Berdasarkan fitur-fitur ini tentu kita dapat mencari board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi. Terdapat berbagai macam board di dunia ini yang dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi. Berikut ini beberapa board yang dapat digunakan:
Intel Galileo Gen 2

[Sumber: Wikimedia]
Sebagai perusahaan pembuat chip ternama dunia, Intel tentu tidak ingin ketinggalan dalam pengembangan industri Internet of Things. Oleh karena itu, Intel merilis sebuah boardpengembangan yang ditujukan untuk para maker di bidang Internet of Things.
Dimulai dengan generasi pertama, Intel Galileo merupakan sebuah board pengembangan yang dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi Pi. Akan tetapi, Gen 1 dari Intel Galileo saat ini sudah sulit untuk ditemukan di pasaran karena Intel telah merilis Gen 2 dengan beberapa peningkatan.
Sedikit berbeda dengan Raspberry Pi yang menggunakan ARM, Intel Galileo merupakan sebuah board yang dikembangkan oleh Intel dengan menggunakan Prosesor Intel Quark yang memiliki arsitektur X86.
Dirancang dengan menggunakan lisensi dari Arduino, Intel Galileo memiliki jumlah dan layout PIN yang sama dengan Arduino, yaitu 14 PIN Digital Input/Output, PIN Output Analog, dan PIN PWM sebagai PIN Analog Input . Bahkan, Intel Galileo dapat diprogram menggunakan Arduino IDE.
Dilengkapi dengan slot Wi-Fi dan Bluetooth, serta slot LAN, Intel Galileo tentu dapat digunakan sebagai board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi. Harganya lebih mahal dari Raspberry Pi, yaitu  1 sampai 1,2 juta di pasaran Indonesia, akan tetapi lisensi open-source Arduino menjadi daya tarik tersendiri bagi board ini.
Untuk berkenalan lebih lanjut, pembaca dapat mengakses artikel Berkenalan dengan Intel Galileo.
Intel Edison

[Sumber: Flickr
Intel Edison merupakan generasi lanjutan dari Intel Galileo. Kalau Intel Galileo dirancang sebagai board pengembangan, Intel Edison dirancang sebagai board yang dapat diimplementasikan ke dalam industri Internet of Things.
Board ini memiliki ukuran yang sangat kecil tetapi memiliki spesifikasi yang lebih unggul dibandingkan Intel Galileo. Selain sudah tertanam Wi-Fi di dalamnya, Intel Edison juga menawarkan slot LAN melalui breakout  tambahan.
CPU yang digunakan pun sedikit berbeda dengan Intel Galileo, Intel Edison menggunakan CPU Intel Atom X86 CPU dan MCU Intel Quark dengan RAM 1GB dan ROM 4GB. Untuk PIN Input Output, Intel memberikan 70 pin konektor dalam produk ini.
Harganya pun hampir sama dengan harga Intel Galileo di pasaran Indonesia, yaitu sekitar 1,2 jutaan belum termasuk breakout pendukungnya. Sedangkan untuk Intel Edison dengan breakout-nya, produk ini dilabeli dengan harga sekitar 2,8 sampai dengan 3 jutaan.
Untuk berkenalan lebih lanjut, silahkan mengunjungi laman resmi Intel Edison.
ESP8266

[Sumber: Wikimedia
Board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi lainnya adalah ESP8266. Board buatan pengembang Tiongkok, Espressif, merupakan sebuah modul Wi-Fi dengan SoC (System on Chip) yang sudah tertanam di dalamnya. Terdapat beberapa versi pada pengembangan modul ini.
Board ini memiliki ukuran yang sangat kecil, bahkan lebih kecil jika dibandingkan dengan Intel Edison. Akan tetapi untuk jumlah PIN, ESP8266 ini memiliki jumlah yang berbeda-beda tergantung versi yang akan digunakan.
Kelebihan yang diusung oleh ESP8266 adalah board ini dapat digunakan sebagai adhoc access point maupun sebagai klien secara bersamaan. Dengan didukung dengan wireless standar IEEE 802.11 b/g/n, board ini dapat diakses melalui Wi-Fi tanpa memerlukan sistem operasi.
Pemrogramannya pun sangat mudah, para maker dapat menggunakan Arduino IDE, AT Command melalui komunikasi serial UART, atau melalui LUA dengan menggunakan kit dari NodeMCU.
Dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu sekitar 50.000 rupiah untul modul saja atau 75.000 – 100.000 rupiah untuk ESP8266 yang telah ditanam di board NodeMCU. Dengan harga yang relatif murah dan konektivitas yang ditawarkan tentu board ini dapat menjadi board IoT alternatif pengganti Raspberry Pi.
Untuk berkenalan lebih lanjut, pembaca dapat mengunjungi laman ESP8266 berikut ini.
Arduino / Genuino 101

[Sumber: Flickr]
Perangkat ini merupakan perangkat yang dikembangkan oleh Arduino dengan menggunakan Intel Curie yang memiliki kinerja mumpuni dengan konsumsi low-power. Memiliki dua inti, yaitu Intel Quark X86 dan ARC 32 bit, tentu membuat Curie menjadi lebih kuat.
Selain itu, di dalam board ini juga telah tertanam Bluetooth Low Energi (BLE) dan 6 axis-acceleromater / gyroscope. Jumlah PIN dan artsitektur PIN-nya pun sama dengan yang terdapat pada Arduino UNO sehingga seluruh shield Arduino UNO dapat digunakan pada boardtersebut.
Untuk pemrograman, Arduino 101 ini dapat diprogram dengan menggunakan software bawaan dari Arduino, yaitu Arduino IDE. Sedangkan untuk harganya, Arduino 101 ini dilabeli dengan harga sekitar 550.000 rupiah. Untuk berkenalan lebih lanjut, pembaca dapat mengunjungi artikel tutorial Arduino 101.
BeagelBone Black

[Sumber: Flickr]
Sama dengan Raspberry Pi, board ini menggunakan arsitektur ARM Cortex-A8 pada prosesornya. Board ini merupakan platform pengembangan yang dirancang untuk mendukung komunitas developer dan hobbyist.
Tak kalah dengan board–board sebelumnya, Beagel board juga mendukung konektivitas dengan Internet melalui slot LAN yang ditawarkan. Selain itu, board ini menawarkan hal yang sama dengan Raspberry Pi, yaitu dukungan display melalui socket microHDMI.
BeagleBone Black juga memiliki banyak PIN, yaitu 2×46 PIN yang dapat digunakan. Selain itu, untuk pemrograman, BeagleBone Black mendukung sistem operasi Linux Debian, Android, Linux Ubuntu, Cloud9 IDE pada Node.js dengan BoneScript Library, dan masih banyak lagi.
Di dalam board ini juga telah tertanam 3D graphics accelator serta NEON floating-point accelerator. Board ini dibanderol dengan harga sekitar 900 ribu sampai dengan 1,2 juta rupiah di pasaran Indonesia.
Untuk berkenalan lebih lanjut, pembaca dapat mengakses laman resmi dari BeagleBoard.


Sumber:
https://teknojurnal.com/5-board-iot-alternatif-pengganti-raspberry-pi/ 

http://gudanglinux.com/glossary/internet-of-things/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar